content bg

Prestasi Adalah Buah Dari Usaha Yang Panjang

Baru saja publik sepakbola di dunia dihibur oleh duel panas dua klub terbaik dunia dalam laga El Clasico (30/11/10), memang kita disini hanya bisa menonton tapi dari itu harusnya kita juga bisa belajar banyak tentang pemahaman dan cara pandang tim terhadap sebuah prestasi.

Ada yang sangat menarik, dari pernyataan Pep Guardiola setelah pertandingan berakhir yang mungkin dapat dijadikan pelajaran bagi Persib. "Saya mendedikasikan kemenangan ini kepada Rexach dan Cruyff karena mereka adalah orang-orang yang mengajarkan kami bermain seperti ini. Kemenangan ini telah dirintis sejak 15 tahun lalu karena mereka percaya kepada cara kami bersepak bola," ujar Guardiola.

Dari pernyataan tersebut kita harusnya belajar bahwa tidak akan ada prestasi bagi sebuah tim tanpa ada pondasi yang kuat dan kerja keras yang dibangun secara bertahap. Rexach dan Cruyff pada masanya telah menanamkan pondasi yang sangat kuat di Barcelona namun prestasi memang tidak datang secara instant, harus melalui perjalanan panjang hingga akhirnya bisa seperti sekarang ini.

Lalu sekarang jika kita lihat seteru abadi mereka, Real Madrid, cara pandang mereka terhadap prestasi selalu instant, semuanya mereka anggap bisa diraih seiring dengan datangnya para bintang ke Bernabeu, namun terbukti bahwa sepakbola bukan masalah bintang, sepakbola yang sebenarnya adalah masalah permainan kolektifitas sebelas pemain di lapangan yang kemudian dikemas lewat strategi yang diberikan oleh seorang pelatih.

Berangkat dari hal tersebut, jika kita lihat Persib saat ini, memang miris. Jika dari susunan pemainnya kita bisa ibaratkan Persib adalah miniatur Barcelona di Indonesia, terlalu jauh memang jika membandingkan kedua klub ini, tapi ada kesamaan yang dimiliki kedua klub ini, kedua klub ini adalah penyumbang pemain Tim Nasional paling banyak untuk negaranya masing-masing.

Disis lain, cara pandang Persib soal prestasi juga hampir sama dengan madrid, yang selalu ingin meraih prestasi instant. Bagaimanapun prestasi akan sangat sulit diraih jika kita tanpa perjuangan panjang. Seorang pelatih bertangan dingin seperti mourinho saja bisa manghadirkan treble winner setelah 3 musim.

Ada yang menarik jika melihat Persib di awal musim ini, seorang pelatih yang sukses melatih klub sebelumnya datang dan berkata, “Cukup aneh jika melihat, klub sebesar Persib tidak juara setelah 15 tahun”, lalu ia juga berkata, mungkin ia juga baru bisa menghadirkan prestasi setelah tiga atau empat musim ke depan. Setelah itu ia mulai menerapkan pondasi-pondasi yang sangat dibutuhkan oleh sebuah tim, salah satunya disiplin. Namun sayang karena perubahan yang ingin ia terapkan kepada para pemain untuk menanamkan pola pikir profesionalisme sebagai pemain bola yang sebenarnya, ternyata mendapat penolakan yang sangat keras.

Jika melihat dari sisi bobotoh, sangat wajar jika mengharapkan prestasi yang instant, karena memang itulah fitrahnya supporter, namun apapun yang terjadi dengan Persib, bobotoh akan terus memberikan dukungan. Itulah tugas Konsorsium, Manajemen, Pelatih dan Pemain untuk mengusahakannya. Sekarang, biarlah semua itu berlalu, segera akhiri polemik yang terjadi di tubuh tim dan percepat evaluasi dalam tim, semoga setelah ini Persib bisa menemukan pelatih yang bisa menanamkan pondasi baru bagi Persib seperti pada jaman jayanya dulu, pada saat generasi Ajat Sudrajat hingga Robby Darwis.

0 komentar:

Posting Komentar